Info&tanya jawab

Selasa, 11 Desember 2018

Petani di Botung Gunakan Tanaman Kelor Sebagai Pembatas Lahan

Foto: Muhammad Soleh Kadir


Salah satu tanaman yang saat ini sedang diburu pasar dalam dan luar negeri adalah kelor. Warga Adonara menyebutnya dengan merungge atau motong. Sementara para  ilmuwan luar negeri menyebutnya Miracle Tree atau Pohon Ajaib.
Bagian tubuh tanaman ini seperti akar, daun, buah, hingga bijinya, diburu karena khasiatnya bagi kesehatan dan pengobatan. Di antaranya mengatasi diabetes, mencegah osteoporosis, mengobati rematik, mencegah kanker, menyehatkan kulit dan mata, mengobati sariawan serta menjaga kesehatan otak.
Lantaran khasiatnya tersebut, pemerintah di negara-negara luar getol menggalakkan program kelorisasi. Yakni pembudidayaan tanaman kelor bagi masyarakat. Ini terjadi di Filipina, India, Pakistan, Spanyol, Italia, Amerika Serikat, dan Australia. Caranya, pemerintah memberi dana khusus bagi masyarakat dalam membudidayakan kelor.
Lain halnya di pulau Adonara, khususnya di Botung, desa Wotan Ulumado dan sekitarnya. Di sini tidak ada program "kelorisasi" tetapi "pagarisasi". Yaitu, masyarakat menjadikan tanaman kelor sebagai pagar bagi kebun. Tampaknya petani lebih mementingkan isi kebun meliputi ubi kayu, kacang, jagung, jambu mente, dan pisang, ketimbang membudidayakan kelor. Sebab orang-orang kami belum banyak yang tahu persis khasiat kelor atau kabar soal program kelorisasi dan perburuannya.
Pemandangan "pagarisasi" atau kelor menjadi pagar dapat Anda jumpai pada sepanjang pinggir jalan dari Tobilota ke Waiwerang. Misalnya yang tertera di gambar ini adalah Pagarisasi yang ada di Desa Wotan Ulumado dan Klukengnuking. Bila pemerintah, pengusaha, dan petani kami peka, mungkin "pagarisasi" ini dapat diberdayakan menjadi "kelorisasi" agar produk petani kami lebih bersaing di mata dunia. (Teks: Muhammad Soleh Kadir)

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar